Ketua Umum Pimpinan Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama, Hj Margaret Aliyatul Maimunah, mengatakan bahwa perempuan dan laki-laki harus saling bahu-membahu dalam seluruh aspek kehidupan. Hal tersebut dikatakannya saat berbicara dalam Pelatihan Kepemimpinan Perempuan yang mengusung tema ‘Strategi Penguatan Kepemimpinan Perempuan menuju Organisasi Digdaya di Era Digital’ yang digelar di Jakarta.
“Perempuan mempunyai peran yang sama pentingnya dengan laki-laki, baik dalam membangun rumah tangga, bangsa, dan negara. Perempuan mempunyai kemampuan yang sama dengan laki-laki, karena perempuan dan laki-laki saling melengkapi dan mengisi
Dalam materi bertajuk ‘Membangun Pola Baru Kepemimpinan Perempuan’ itu, Margaret menekankan bahwa sejak abad 15 Islam menghapuskan berbagai diskriminasi antara lelaki dan perempuan sebagaimana termaktub dalam QS At Taubah: 71. Islam memberikan hak yang sama dengan lelaki dalam masalah kepemimpinan. “Saya tekankan di sini bahwa perempuan berdaya adalah kunci keberhasilan pembangunan nasional karena hampir setengah populasi penduduk Indonesia adalah perempuan,” paparnya.
“Oleh karena itu, perempuan harus terlibat dalam pengambilan keputusan karena kepemimpinan perempuan membawa perspektif baru. Kepemimpinan perempuan menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan berkeadilan,” tegasnya. Menurut Margaret, adanya kepemimpinan yang maskulin dan feminin bukan untuk dipertentangkan. Feminin dibutuhkan bukan karena ia mengalahkan maskulin. Akan tetapi, karena ia telah menjadi mitra yang hilang dalam kepemimpinan yang terwujud.
“Dalam menghadapi tantangan global diperlukan kepemimpinan perempuan yang visioner, berpikir inovatif, mempunyai kemampuan manajemen waktu, membina kerja tim, mengenali dirinya, percaya diri, berperspektif gender,” terangnya. Ia mengatakan bahwa kepemimpinan perempuan dengan kecenderungan gaya kepemimpinan melalui hubungan dan keakraban cenderung demokratis dan partisipatif. Kepemimpinan perempuan cenderung memiliki komponen kepemimpinan yang transformasional.
“Antara lain motivasi, inspirasional, keteladanan, pertimbangan individu, kolaboratif, dan inovatif,” ungkap perempuan kelahiran Jombang, 11 Mei 1978 ini. Berdasarkan tantangan global yang sedang berkembang, lanjut dia, dibutuhkan alternatif pola kepemimpinan baru, yaitu, kepemimpinan dengan sifat-sifat positif dari maskulinitas dan femininitas. “Berkarakter dengan karakter nilai-nilai kader Fatayat NU, kepemimpinan Pancasila, dan adaptif dengan tantangan era kekinian. Khususnya pemanfaatan digital,” ujarnya. Margaret menambahkan, pelatihan kali ini spesial karena baru pertama kali diadakan dalam satu tahun masa khidmahnya di PP Fatayat NU. “Wabil khusus juga ada kolaborasi pelatihan kepemimpinan dengan BUMN yang narasumbernya merupakan praktisi di lapangan,” tuturnya.